Halo semuanya, halo pembaca setia dan pembaca PHP blog gue. Sorry kalo gue baru bisa update lagi. Kemaren-kemaren ga ada waktu buat bikin postingan. Baru balik liburan dari Amrik, bantuin Obama ngadain lomba 17-an disana. Nah, berbeda dari sebelumnya, postingan gue kali ini adalah Fan Fiction Story atau bahasa gaulnya Cerita Fantasi. Namanya juga fantasi, unsur kebenarannya gausah ditanyakan lagi. 0% karena itu cerita gue tulis berdasarkan semua ide yang dikasih oleh sahabat gue, Abdul Aziz Ramlie Adam (@azizramlieadam) dan gue pun mengerjakan ide gila ini. Yang lebih gila, didalam cerita gue ini, gue khusus kan untuk Member JKT48 Generasi ke-2 yang saat ini terdaftar sebagai Anggota Team KIII, yaitu Ratu Vienny Fitrilya (@Viny_JKT48). Kenapa special thanks to untuk dia? Simple, dia adalah motivasi. Dia juga gue jadikan inspirasi untuk lebih rajin dan jadi lebih baik kedepannya. Penasaran? Silahkan disimak guys.
Malam Terakhir
Nama gadis ini, Vienny. Dia pacar ku.
Entah apa yang membuat ku bangga akan kenyataan bahwa aku bisa memilikinya.
Walaupun baru berjalan sekitar dua minggu, aku sangat bahagia karena dia
menerimaku sebagai ‘pacar’ yang benar-benar dianggap. Mungkin karena selama ini
aku selalu gagal dalam masalah asmara, bukan gagal dalam artian jomblo dalam
waktu yang lama, tetapi hubungan asmara selama ini selalu gagal dalam waktu
singkat.
Vienny adalah anak seorang Anggota
DPR. Aku sering merasa minder kalau menjemputnya untuk jalan, dengan motor ku
ini. Tapi dia tidak pernah memikirkan itu. Tidak sedikitpun dia menatap ku sebelah
mata hanya karena aku seorang anak dari kalangan menengah. Lagipula, Vienny mengenal
ku akrab sejak kami masih duduk di bangku SMP, ketika itu dia baru naik ke
kelas 2 SMP sedangkan aku berada 1 tahun diatasnya, kelas 3 SMP. Mungkin itu,
penyebab ia bisa menerima ku apa adanya.
Aku dan Vienny sekarang sudah menjadi
mahasiswa, aku sudah memasuki Semester 3 sedangkan dia baru memulai perkuliahan
sebagai Mahasiswa Baru pada tahun ini. Dia sekarang sedang duduk di samping ku.
Sejak tadi ia terus bercerita tentang banyak hal. Seperti liburan Ujian SMA
lalu ia pergi ke Tokyo. Karena dia telah melewati Ujian SMA dengan hasil yang
cukup memuaskan sehingga dia bisa mendapatkan izin orang tua untuk liburan
kesana. Vienny memang gadis yang bersemangat, dia memiliki senyuman yang sangat
indah untuk ditatap, dengan matanya yang juga kelihatannya seperti ikut senyum
mengikuti bibirnya yang indah.
“Tau gak? Kemaren papah beliin aku
sesuatu, tapi akunya ga suka. Aneh aja soalnya kalau dipakai. Aku kan sukanya Barcelona, malah dikasih baju Real Madrid. Huft.” Kata Vienny sambil
menggelengkan kepala dan bibir dia yang sedikit manyun tanda bahwa ia cemberut.
“Hahaha. Iyasih, tapi papah kamu
udah beliin jauh-jauh loh dari Madrid waktu liburan kemaren kan. Biarpun
kamunya ga seneng, mendingan disimpan aja. ” Aku menjawab sambil melemparkan
senyum kearahnya.
“Iyadeh iya. Bakalan aku simpan ko
itu bajunya hehe.”
“Dasar kamu ini. Emm.. kita pulang,
yuk. Udah sore banget.” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
Sejak tadi siang, kami sudah berada
di sini, di kantin kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang cukup elite dan ramai pengunjung. Aku agak risih
juga, karena Vienny yang bayar. Padahal aku sudah berdiri dan ingin membayar,
tetapi Vienny menarik tanganku dan ngomong kalau dia yang bayar semuanya.
Akhirnya aku mengajak Vienny untuk pulang.
Sudah beberapa jam dan ku rasa sudah cukup lama kami bertengger di kantin. Aku segera
mengambill kontak motor ku, dan mempersilahkan Vienny untuk naik.
“Oia, kita mampir kerumah Noel dulu
ya, ada barang yang aku pesen sama dia dan tadi dia BBM kalo barang aku udah
datang” pinta Vienny saat aku sudah mulai menarik gas motor.
“Oke... oke..” kata ku.
Noel adalah teman sekelas Vienny sesama
Prodi (program studi) Teknik Informatika, sedangkan aku adalah mahasiswa Manajemen.
Aku tidak terlalu mengenal Noella, tapi menurut cerita Vienny, dia adalah
keluarga jauh nya.
Sesampainya di sana, tiba-tiba saat
hendak mematikan kontak motor, Vienny berkata keapada ku..
“Kamu pulang duluan aja, ya.. Hm..
aku ada urusan keluarga gitu. Ntar papa aku yang jemput ke sini”
“Yaudah.. Aku pulang, ya. Kamu jangan
lupa hubungin aku kalau butuh apa-apa..”
“Iya sayang..” lalu dia tersenyum.
Ya, itulah aku. Aku rela melakukan
‘apa yang aku bisa’ untuk Vienny. Dia mau
menerima ku saja, sudah suatu anugerah, masa’ aku tidak melakukan apa-apa
untuknya? Pikir ku. Aku berlalu, segera menuju rumah, dan sesaat senyuman
ku terbawa arus angin senja.
**
Seperti biasa, aku bangun pagi dengan
langsung mengecek handphone. “Tidak ada lagi,” gumam ku. Iya, sejak kemarin sore,
Vienny tidak menghubungi ku sama sekali. Aku hubungi dia pun, nomor nya seringkali
tidak aktif. Tapi aku mencoba berpikir positif, toh aku baru dua minggu berpacaran dan belum tahu kegiatan apa saja
yang sering Vienny lakukan setelah lulus SMA dan resmi menjadi mahasiswa.
Kekhawatiranku berlanjut dan akupun bergegas menuju kamar mandi.
Seusai mandi dan bersiap-siap, aku segera
menuju kampus karena ada kelas pagi. Kali ini aku sedikit memakai gel rambut, agar terlihat lebih fresh di mata Vienny. Hehehe.. aku tidak
sabar bertemu lagi. Setelah berpamit pada orang tua, akupun memanaskan motor
bersiap pergi menuju kampus.
Di kampus, sesaat setelah aku baru saja
menempatkan motor di parkiran, handphone ku menerima sebuah pesan. Vienny!
‘Tunggu aku di kantin kemarin, ya..
aku pasti datang. Aku sayang kamu :*
Aku tersenyum dan bergegas menuju kelas dengan niatan ‘pengin cepat pulang’. Selama di kelas pun, tidak henti-hentinya aku tersenyum layakya penderita gangguan jiwa. Hahaha.. ada apa dengan ku..?
Aku tersenyum dan bergegas menuju kelas dengan niatan ‘pengin cepat pulang’. Selama di kelas pun, tidak henti-hentinya aku tersenyum layakya penderita gangguan jiwa. Hahaha.. ada apa dengan ku..?
Aku tidak tahu, yang jelas.. perasaan
sayang kepada Vienny sekarang sudah tidak sekecil dulu. Perlahan.. perasaan ini
kian membesar seiring senyum Vienny yang selalu menyemangati hari ku.
**
Usai dari kelas, aku segera menuju
kantin tempat kami bertemu kamarin. Aku lihat cuaca tidak begitu mendukung.
Perlahan langit semakin mendung tidak terkira. Hmm.. semoga Vienny datang.. pikir ku.
Aku masih menunggu nya. Sudah cukup
lama aku berada di kantin ini, dan sekarang sudah menjelang jam 4 sore sejak tiga
jam lalu aku menunggu. Ku hubungi pun, handphone nya tetap tidak aktif. Ah! aku mulai kesal.
Lama aku menunggu, hingga akhirnya hampir
senja juga. Aku mulai ragu apakah Vienny akan datang. Lagipula hujan sudah
turun selama beberapa saat. Kantin ini juga sudah akan tutup karena memang tidak
buka sampai malam. Aku menyerah..
“Bu, berapa semua?” kata ku, yang
menanyakan bill pesanan makan dan
minuman selama aku menunggu Vienny sejak tadi.
“Tiga puluh ribu, Mas..”
Aku merogoh saku, membayar dan
kembali menuju meja ku tadi. Niat ku untuk menunggu, telah muncul kembali.
“Saya masih boleh duduk di sini Bu??”
kata ku dari arah meja, “masih hujan..”
“Iya silahkan, Mas..” jawab ibu
penjaga kantin sambil sibuk membereskan dagangannya. “Saya juga belum mau pulang”
“Ah.. terima kasih Bu..”
Aku masih menunggu. Sesaat aku termenung,
seperti merasakan suatu firasat buruk. Aku mencari handphone ku di saku jaket.
Ternyata benar, ada SMS dari Vienny. Rupanya selagi aku melamun, tidak terasa handphone
ku bergetar.
‘Aku sedang menuju ke sana.. Tunggu
aku..’
Hah?
Aku mencoba menghubunginya. Aku khawatir, kalau-kalau terjadi sesuatu sementara
hujan sudah semakin lebat. Tapi lagi-lagi.. handphone nya tidak aktif. Ah.. aku hanya bisa menarik nafas tanda
berpasrah.
Kurang lebih jam 8 malam, hujan masih
turun dengan sangat lebat. Ibu kantin sudah menutup sebagian warung dan membereskan
beberapa kursi dan meja, kecuali tempat ku ini. Kelihatannya ibu itu juga belum
mau pulang karena dia juga memakai motor. Aku bisa sedikit bernafas lega,
karena aku masih bisa duduk di sini.
Tidak lama kemudian..
“Sayang..” Seseorang menepuk punggung
ku.
“Vienny? Kamu hujan-hujanan?” Iya, Vienny,
dia berada di belakang ku sambil menyedekapkan tangan dengan tubuh yang basah. Saat
aku bertanya, ia hanya tersenyum.
“Bodoh..” kata ku, lalu melepaskan
jaket dan ku pakaikan ke Vienny. “Kenapa mesti hujan-hujanan begini sih? Kalau
kamu sakit gimana? Jangan diulangin untuk kedepannya! Aku gamau kamu
kenapa-napa!!”
“Aku kan nggak mau buat kamu
kecewa.. Aku yang janji mau ketemu kamu, kan?” kata Vienny, dengan muka yang
pucat dan bibir nya yang terlihat menggetar karena kedinginan.
“Tapi begini kan, jadinya.. aku khawatir
nanti kamu sakit..” kata ku, lalu memindahkan tempat duduk tepat ke sebelah
nya. Aku mendekap Vienny, dan melingarkan tangan kanan ku di punggungnya. Seketika,
dia menyandarkan kepala di dadaku. Aku rasakan.. dingin.
Iya tubuh Vienny masih terasa dingin
walaupun aku sudah memberikan jaket ku kepadanya. Aku rasakan.. sejenak semesta
ku hanya mengizinkan satu nama yang ada di batin ku. VIENNY.
“Permisi, Mas, saya pulang duluan!”
tiba-tiba ibu penjaga kantin membuyarkan lamunan ku. Ekspresinya telihat sangat
tergesa-gesa. Padahal, hujan masih sangat lebat dan kini disertai hentakkan
petir yang dahsyat.
“Ah.. ibu buru-buru sekali.. hati-hati
ya!” kata ku, sambil tersenyum.
Ibu itu tidak menjawab, seketika
menaiki motornya dan berlalu membelah rintikan hujan. Aku bingung, namun
mencoba kembali mengambil fokus pada gadis di sebelah ku ini.
“Kayaknya belum bisa pulang, nih.
Hujannya masih lebat banget“ aku mencoba menenangkan Vienny dengan sedikit
membuka topik pembicaraan.
“Biarlah.. aku masih pengin
lama-lama sama kamu..”
“Woow.. ya Tuhan.. ini nggak ngimpi,
kann??” tambah ku, dengan sedikit bercanda.
Dia hanya tersenyum, dan kini
membalas pelukan ku semakin erat. Kami saling menyandarkan kepala. Perlahan…
banyak kisah yang terlontar dari mulut kami. Indah… dan aku hanyut sekali lagi.
**
Perlahan, aku merasakan pening dan seketika
bergumam, “Aku di mana?”
“Mas.. gimana sih, kok malah tidur di
sini,” seru seorang satpam yang berdiri di depan ku. Aku perlahan mengangkat
kepala. Ya.. aku tertidur di meja kantin. Sesaat aku melihat jam tangan. Ah.. udah jam tujuh pagi..
“Waduh!!” Aku teringat sesuatu yang
lebih penting. “Pak, lihat cewek yang sama saya nggak? Di sini!” kata ku sambil
menunjuk bangku yang Vienny duduki semalam.
“Cewek mana toh, Mas?? Wong situ sendirian
aja. Atau jangan-jangan mas semalem habis mesum, ya? Ngaku!”
Aku malah semakin bingung mau
bicara apa. Ck ah.. aku berlalu,
kalau diteruskan, aku bisa dapat masalah jika masih berurusan dengan satpam
itu.
“Mesum gimana pak. Saya aja lagi
bingung cari Cewek yang ada sama saya semalam. Yaudah pak, saya pergi dulu.”
kata ku sambil melambaikan tangan. Mengambil kontak motor, dan pergi.
“Woalaah… dasar bocah gendheng!” teriakan pak satpam terdengar
di telinga ku. Aku hanya tertawa.
Di perjalanan pulang, aku mendapat
telepon. Aku angkat.
“Kamu ke mana aja? Ini jasad Vienny
sudah mau dimakamkan!!” kata Noella, teman sekaligus keluarga Vienny
“Apa??!!” Seketika aku merasakan
motor ku tidak seimbang. Dan jelas saja, aku terdiam dan sesaat menabrak
trotoar. Aku pasrah..
Setelah bangkit dari jatuh, aku segera
berlari menuju Tempat Pemakaman Umum yang tidak jauh dari tempat ku jatuh. Aku sudah
tidak perduli pada apapun. Yang hanya ada dalam pikiran ku sekarang adalah berita
kematian Vienny.
Akhirnya aku telah sampai. Dan
benar saja, di sana ramai sekali, terutama dari kalangan pemerintah. Aku menangis..
Luka pada siku akibat jatuh tadi, tidak terasa lagi. Hati ku.. jauh lebih tersiksa.
Aku berlari menuju ke arah segerombol
orang yang sedang mengelilingi kuburan yang masih belum berisikan jasad. Aku lihat
keranda mayat berlapiskan kain hijau masih dipanggul oleh beberapa pria termasuk
ayah Vienny.
“Vienny!!!” aku berteriak, tangisan
ku sudah semakin menjadi-jadi sehingga aku tidak perduli terhadap siapapun yang
menatap ku.
Di saat yang bersamaan, ayah Vienny
memberikan posisi nya yang semula mengangkat keranda, kepada orang lain. Lalu
beliau menuju ke arah ku dengan tatapan kosong.
Plakk!
Dia menampar ku. “Kenapa Oom?? Apa salah
saya??!!”
“Kamu!! Gara-gara kamu. Anak saya
jadi begini!! Kurang ajar kamu!”
Seketika orang-orang termasuk ibu Vienny,
menghampiri dan berusaha menenangkan ayah Vienny. Ada apa ini? Pikir ku, sambil masih memegangi pipi yang terkena
tamparan cukup kuat dari ayah Vienny.
“Sudah, Pak. Cukup. Apa yang bapak
lakukan sekarang ini tidak bisa mengubah semuanya” kata ibu Vienny, lalu ia
menatap ku, “Nak Herlambang, sebaiknya kamu pergi dulu, ya. Tante minta maaf
atas perlakuan suami tante. Mohon pengertiannya.”
“Tapi
tante.. Saya..”
“Pergi!!” bentak ayah Vienny,
tiba-tiba. Aku hanya bisa berbalik.. dan meninggalkan pemakaman dengan hati yang
semakin pedih. Perasaan yang campur aduk, di warung dan terjebak hujan ditemani
oleh Sang Kekasih kemarin malam hanyalah ilusi, dan aku pun pasrah menerima semua
kenyataan ini.
**
Tiga hari berlalu semenjak kejadian
memilukan itu. Sekarang, aku sedang meng-amin-kan doa di makam Vienny. Ini
pertama kali aku berani berkunjung ke sini karena ku rasa sepi.
“Hey..” Terdengar suara wanita dari arah belakang ku.
“Sudah ku duga, kamu pasti di sini”
“Hey..” kata ku, pada Noel, teman
sekaligus keluarga Vienny.
“Oh, iya, kamu belum cerita kenapa
ini semua bisa terjadi?” Tanya ku, yang baru saja sadar kalau selama ini belum
mengetahui perihal kepergian Vienny untuk selamanya.
“Jadi begini..” lalu Noel bercerita
kepada ku..
Alangkah terkejutnya aku yang
mengetahui, bahwa Vienny telah mengalami koma saat aku sedang menunggunya di
kantin. Ternyata hari itu adalah hari pertunangan Vienny dan Andre, yang secara
mendadak dibuat oleh ayahnya. Andre adalah anak seorang pejabat yang selama ini
adalah sahabat kecil dari Ayah Vienny. Selama ini ayahnya hanya memberitahu
kalau Andre keluarga jauh, padahal, Andre adalah calon menantu incaran ayahnya.
Vienny yang marah akan perlakuan
ayahnya, mendadak hilang akal dan berlari meninggalkan rumah. Hingga tanpa
diduga, sebuah mini bus menabraknya hingga mengakibatkan pendarahan di kepala. Sesaat
setelah itu, ia dilarikan ke rumah sakit dan mengalami koma dengan keadaan yang
sangat kritis, hingga paginya. Harus terpaksa meninggalkan dunia.
Aku masih merinding mendengar
cerita dari Noel. Lalu.. siapakah yang
menemani ku malam itu? Hatiku dipaksa untuk terus memikirkannya. Aku
menangis.
“Apa itu, caramu untuk tetap
meyakinkan aku bahwa sebenarnya aku lah yang kamu ingikan?” Gumamku dalam hati
sambil di selingi isak tangis.
Perlahan Noel mengajak aku untuk
pulang. Aku mengikuti Noel dengan langkah yang lumayan berat. Namun, sesaat
seletah membalikkan badan dari makam, aku mendengar.
Aku menoleh ke arah makam Vienny.
Perlahan aku tersenyum. Semerbak wangi melati menyegarkan indera pernafasan ku.
Aku bergumam kecil.
“Terima kasih.. Telah menyayangi
ku.”
TAMAT!
nice story :)
ReplyDeleteThanks men udah mau nyempetin baca cerita penuh fantasi ini haha :D
ReplyDeleteGue terharu Kak...
ReplyDeleteKeren ceritanya *nge-lap air mata*
keren, menyedihkan :)
ReplyDeleteane terharu bang :"
Green Leaper: Hahaha, makasih ye.
ReplyDeletekabag humas: Thanks bro ~
What a nice story!! Gue nyesel baca ini.. Hampir nangis gue dibikinnya :') .. Keren mbang.. Gara2 baca postingan lu, gue jadi tau gimana cara buat fanfic.. Thanks broh..
ReplyDelete