Ballroom Hotel Senyiur, Samarinda, Kalimantan Timur. [18 Mei 2012]
Pagi ini, tepat jam 10, acara ini dimulai. Farewell Party atau Acara Perpisahan bagi anak kelas XII SMA N 10 Samarinda. Acara yang sudah sangat di tunggu-tunggu pastinya untuk semua anak kelas XII. Acara dimana menandakan mereka sudah melepaskan diri atau meninggalkan sekolah mereka dengan status Lulusan Angkatan Tahun 2009. Semua tamu undangan sangat menikmati acara ini. Begitu pula dengan Andre, salah satu murid yang merasakan kebahagiaan akan adanya acara ini.
Seperti biasa, Andre menggandeng seorang wanita cantik yang juga merupakan anak kelas XII yang menghadiri acara tersebut, namanya Clara. Bukan pemandangan heboh untuk melihat Clara yang selalu nempel kemana Andre pergi. Karena, hubungan mereka sudah terjalin resmi semenjak Semester 1 pada kelas X. Ibarat Jodoh sudah ada di tangan, mereka disatukan dalam pemilihan jurusan pada kelas XI. Ya, mereka sekelas di kelas XI IPS 2. Entah ini yang membuat hubungan kedua semakin menjadi-jadi, dalam artian hubungan mereka semakin harmonis.
Di Ballroom itu, pakaian seluruh anak kelas XII diwajibkan untuk mengenakan pakaian motif Batik dan Kebaya. Dan Andre, memakai pakaian batik dengan pola dari canting yang sangat enak diliat, Casual but Modern Style biru dengan motif warna emas. Sedangkan Clara, memakai kebaya warna putih cream dengan balutan manik-manik yang apabila tersorot oleh lampu, akan bercahaya seperti permata. Jam setengah sebelas, semua tamu undangan dipersilahkan duduk untuk memulai acara tersebut.
Dibuka dengan sambutan dan pidato dari Kepala Sekolah, beberapa Guru, serta sambutan Ketua Osis, melengkapi pembukaan acara tersebut. Setelah sambutan, acara di istirahatkan untuk masuk dalam jam makan siang. Setelah itu, acara kembali dimulai dengan adanya beberapa pesan dan kesan dari beberapa murid, termasuk Andre.
Setiap Pertemuan selalu ada yang namanya Perpisahan. Saat ini, kita semua sudah berada disini. Di tempat ini, untuk menghadiri Acara Perpisahan angkatan kita. Banyak memori atau kenangan indah yang terukir disini. Dari telat ikut upacara, di hukum karena ketahuan mencontek, di hukum satu angkatan karena berbuat onar, dll. Banyak sekali, dan semuanya, sudah berlalu. Kenangan ada untuk dikenang. Memori-memori indah kita dulu, akan selalu ada di dalam otak kita. Dan hari ini, kita dinyatakan resmi lulus dari sekolah ini, sekolah yang menjadi tempat sehari-hari kita. Terimakasih banyak untuk semua yang telah diberikan, baik itu dari Kepala Sekolah, Guru, Staf, dll. Terimakasih telah menjadikan kami pribadi yang siap untuk menyongsong masa depan. Kita berpisah bukan berarti kita tidak ketemu, hanya raga yang tidak bertemu, silaturahmi akan tetap terus terjalin.
Setelah pidato dari Andre, seluruh tamu undangan bertepuk tangan. Andre pun kembali ke tempat duduknya di samping Clara. Masuk sesi terakhir, adalah sesi foto-foto satu angkatan yang menandakan acara sudah hampir selesai.
"Ndre, Ra, yuk sini gabung. Kita seru-seruan bareng." Riki memanggil Andre dan Clara.
"Kalian berduaan mulu, kapan mau foto-fotonya coba." Andira meledek pasangan tersebut.
"Yaelah, bawel amat ye. Yaudah, sini tongsisnya. Biar aku yang pegang, siapkan ekspresi terjelek yang kalian punya." Cetus Andre sembari mengambil tongkat narsis dan memberikan aba-aba kepada teman-temannya.
"Hari ini seru banget ya, ga kerasa kita udah lulus aja dari sekolah ini. Jadi inget awal-awal kita ketemu, diledekin dan akhirnya, bisa suka satu sama lain dan jadi kaya sekarang deh." Clara menggandeng kembali tangan Andre.
"Iya, sayang. Oh iya, itu orang tua kamu. Kita samperin yuk." Andre menunjuk tempat di tamu undangan yang mana dari tadi telah diduduki oleh orang tua Clara.
"Hai om, tante. Udah dikasih jatah makan siang tadi?" Andre mendatangi orang tua Clara.
"Hai nak Andre. Ini, kotak makannya. Tadi sebelum berangkat kesini, om minta dimasakin makanan kesukaannya. Jadi sampai disini, kenyang deh." Ibu Clara menjawab dan tersenyum.
"Mah, ini kan katanya mau ngomongin kelanjutan study aku. Ntar tanggal 22, aku ajak Andre makan malam bareng kita ya. Supaya dia juga ikut." Clara mendatangi orang tuanya.
"Iya, boleh. Nak Andre harus ikut. Kalian kan sudah berpacaran dua tahun lebih. Apapun keputusannya, Nak Andre harus ada saat makan malam nanti." Ibu Clara kembali menjawab sementara Ayahnya hanya tersenyum hangat.
Ada apa ini? Kelanjutan study, makan malam? Hubungan? Keputusan? Gumam Andre dalam hati.
Villa Tamara Residence, Samarinda, Kalimantan Timur. [22 Mei 2012]
Andre terbangun setelah beberapa adiknya membuat keributan di kamarnya. Seperti biasa, kamar Andre selalu dijadikan tempat bermain favorit adik-adiknya. Entah mungkin karena kamar tidur Andre yang tergolong dua kali lebih besar dari tempat adiknya, atau juga mungkin, karena Andre masih dianggap adiknya sebagai teman sederajat untuk bisa diajak bermain. Sehingga, adik-adiknya yang masih kecil pun, menghambur isi kamar Andre dan ada juga yang lompat-lompat di tubuh Andre.
Andre melihat jam yang ada didekat lampu tidurnya. Jam 10:37 pagi. Semenjak lulus, Andre memang memaksimalkan waktunya di malam hari. Entah itu diisi dengan berkumpul dengan teman-temannya atau hanya sekedar bermain game di kamarnya hingga larut malam. Andre pun melihat handphone nya, dan mengecek satu message dari wanita pujaannya, Clara. Isi message tersebut menyebutkan bahwa acara makan malam yang udah direncanakan dan diberitahukan ke Andre pada acara perpisahan 4 hari yang lalu, adalah nanti malam, ditambah kata-kata andalan Clara di akhiran isi message, yaitu: I Love You, hun.
Andre pun membalas dan bergegas mandi untuk sekedar menyegarkan badan dan kembali melanjutkan acara bermalas-malasannya dirumah. Setelah semuanya beres, Andre menuju ruang keluarga, yang seperti biasa, Ayah dan Ibu nya sudah stay di tempat ini sejak pagi. Disitulah, Andre menceritakan semuanya kepada orang tuanya.
"Pah, Mah, ntar malem Andre diajak untuk makan malam bareng keluarga Clara. Katanya sih, untuk sekalian ngobrolin kelanjutan study Clara gitu. Yang Andre takutkan, gimana hubungan Andre dengan Clara kalau saja ntar beda tempat, beda kota, atau bahkan beda negara?"
"Ndre, kamu itu sudah gede. Dia dan kamu, udah lebih dari dua tahun kan. Papah sama Mamah, suka sama Clara. Kalian cocok. Dan untuk makan malam itu, hadirilah. Buktikan kalau kamu itu selalu siap. Hubungan dengan berbeda jarak itu emang sulit. Tapi, kalau kamu percaya akan kekuatan Cinta, semuanya bisa terlewati tanpa ada yang harus ditakutkan." Papa Andre pun sontak menjadi orang paling bijak dirumah. Orang yang selalu memberikan saran yang terbaik untuk anak pertamanya ini. Setelah mendengar dan meyakinkan diri, Andre siap untuk segala konsekuensi yang ada untuk pembahasan di dinner nanti.
Handayani Resto Samarinda, Kalimantan Timur. [22 Mei 2012]
Mobil Andre baru saja sampai di parkiran restoran yang ada di Jalan Kadrie Oening ini. Dan Andre, langsung masuk restoran dan mencari meja no.7 yang memang mulai 4 hari yang lalu, udah status Booked oleh keluarga Clara. Malam itu, semua tampak tegang. Dan diantara ketegangan itu, Andre duduk di Meja Makan dan memesan makanan melalui menu yang telah diberikan oleh pramusaji.
Setelah makanan datang, Andre memakannya dengan pelan, karena pastinya tidak enak untuk makan terlalu cepat di Dinner kali ini. Apalagi, seluruh anggota keluarga Clara, mulai Ayah dan Ibu sampai ke adiknya, ikut dalam Dinner ini. Ditengah suapan demi suapan nasi di mulut Andre, Papa Clara membuka obrolan.
"Jadi, sebenarnya kita berkumpul disini, untuk membicarakan sesuatu. Membicarakan tentang bagaimanakah kelanjutan Clara? Apakah lanjut study atau membuka usaha disini. Untuk Nak Andre, kami undang kesini agar tidak kaget lagi dengan hasil runding keluarga kami."
"Setelah sekian lama dirundingkan, akhirnya kami punya suatu keputusan gimana kelanjutan nasib Clara ini." Papa Clara menjelaskan.
"Ke-pu-tu-sannya gimana, Om?" Andre terbata-bata, seakan-akan sudah tau apa yang akan diucapkan oleh Papanya Clara.
"Kami memutuskan, dia akan melanjutkan Study nya di London, Inggris. Kebetulan, kakaknya Clara disana sudah menyelesaikan study nya dan berniat untuk membuka usaha di bidang Butik disana. Jadi, Clara akan study disana dan tinggal bersama kakaknya."
Mendengar hal ini, Andre terdiam. Tebakan Andre benar. Dan Andre pun, tidak berselera lagi untuk menyuap makanannya. Seakan-akan, yang ada di kepalanya hanyalah perkataan Papa Clara yang seolah-olah secara otomatis berada dalam mode Repeat. Tatapan Andre kosong. Melihat kekasihnya itu, Clara yang disampingnya, mencoba menenangkan Andre dan berjanji akan memberitahu alasan kenapa dia harus pindah, kenapa dia tidak memberitahukan hal ini dari jauh hari, dan tentunya, kenapa dia rela merelakan hubungannya. Hubungan yang tadinya berada dalam satu kota, menjadi sangat jauh. Berbeda kota, pulau, bahkan negara.
"Nak Andre, gak papa kan? Hubungan kalian dilanjutkan dalam jarak yang begitu jauh?" Ibunya kembali bertanya, dan sekali lagi, berhasil membuat mood Andre hancur total.
Setelah sekian lama Andre mengumpulkan moodnya, ia pun akhirnya membuka suara.
"Iya, gapapa ko, Om, Tante. Saya sih ngikut saja dengan keputusan dari Om dan Tante. Apapun yang terbaik untuk Clara, pasti saya akan dukung. Untuk hubungan kami, saya masih mau melanjutkannya. Biarpun berbeda negara dan bahasa, saya ga mau hubungan ini berakhir hanya karena jarak." Ucap Andre, dengan sangat-sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia rasakan.
Clara, yang mendengar ucapan Andre itu pun meneteskan air matanya dan mengenggam tangan Andre. Ia bersyukur, mempunyai pasangan yang dari dulu sampai sekarang, selalu mengerti tentang keadaannya. Dan setelah selesai Dinner, Clara meminta Andre untuk mengantarkannya pulang dengan niat menjelaskan semuanya kepada Andre.
Perjalanan Pulang Menuju Rumah Clara.
"Ndre, kamu ga papa kan? Aku begini ada sebabnya. Aku begini karena aku mau ngejar mimpi aku yang dulu. Mimpi yang pernah kita tulis untuk direalisasikan. Mimpi itu, Berlibur bersama di Inggris. Kamu masih ingat kan? Dan sekarang, setelah lulus SMA, Orang Tua aku menelpon Kakakku, dan ternyata, kakakku merespon dengan sangat baik. Aku sayang kamu, Ndre. Aku mau hubungan kita lanjut meskipun kita berbeda Negara. Dan aku mau, suatu saat nanti kamu akan kejar mimpimu dulu untuk berlibur di Inggris. Untuk sekedar bersamaku atau menonton pertandingan bola tim favorit kamu. Janji?" Clara menjelaskan semuanya di sepanjang perjalanan, tanpa terasa air matanya menetes lagi. Bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan.
"Aku gapapa, meskipun sebenarnya aku agak kecewa karena baru mendengar hal ini tadi. Apalagi, seminggu lagi kamu sudah bertolak ke Inggris untuk mengurus administrasi kuliahmu disana. Iya, aku masih ingat mimpi kita untuk berlibur bermasa di Inggris. Sekarang ini, mimpimu semakin dekat. Aku juga sayang kamu, aku ga mau kehilangan kamu begitu aja. Aku janji, kita akan habiskan berhari-hari di Inggris bersama!" Ucap Andre, tanpa melihat ke arah Clara. Dari sini, mereka sama-sama sepakat dan percaya bahwa akan ada saatnya mimpi mereka terwujud bersama di Inggris.
2 Tahun Kemudian [2014]
Setelah kepergian Clara, mereka menjalankan hubungan jarak jauh. Sangat jauh. Dan Andre, sampai sekarang, masih mengingat Janji yang dulu pernah mereka tulis dalam bentuk impian. Sehingga, Tahun ini Andre berkesempatan untuk bisa liburan ke Inggris. Andre bisa berangkat ke Inggris karena nilai kuliahnya sangat-sangat memuaskan dan diizinkan oleh kedua orang tuanya. Dan saat itu juga, usia berpacaran mereka menyentuh angka 4 tahun. Dua tahun tanpa bertemu langsung, hanya komunikasi via message/telpon yang bisa melontarkan rindu keduanya.
Hingga saat ini tiba, Andre bertolak ke Inggris dan bertemu kekasihnya, Clara. Menghabiskan 2 minggu berada di Inggris. Mengelilingi semua wisata yang ada disana. Menjelajahi kota-kota sepakbola seperti Manchester, London, dll. Disitulah, kekuatan Cinta berperan. Cinta Andre Sampai Ke Inggris pun, ia kejar demi sebuah seseorang yang mempunyai banyak kisah yang dilalui bersamanya.
Setelah puas berlibur di Inggris demi kekasih dan menikmati Negara yang memang ia idamkan untuk didatangi. Andre mencatat kenangan di Negara itu, dalam sebuah Note di Handphone miliknya.
"Terimakasih, Inggris. Telah menjadi negara dimana sepasang kekasih dapat meraih impiannya bersama. Menghabiskan hari demi hari di Negara yang sangat-sangat bagus. Tidak hanya Infrastruktur, Sepakbolanya menjadi magnet paling kuat di Negara ini. Dan tentunya, Terimakasih Mister Potato yang bisa mewujudkan Cintaku Sampai Ke Inggris. - Mei 2014"
Note: Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba dari Mister Potato. Tulisan ini merupakan tulisan orisinil dan baru pertama kali dipublikasikan.
0 komentar:
Post a Comment